How Many Meals Should You Eat a Day?

Interesting question. Too often the truth behind this is assumed in the fitness community. The common knowledge goes as such: Somewhere back in the 60s some flawed observational studies reported an…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Midnight Rain

“Bibi???”

Raya terkejut mendapati sang kekasih sedang menantinya didepan dressing room sesaat dia selesai meeting dengan para atasanya.

“Kamu ngapain disini?”

Bian mengerutkan kedua alisnya, sedikit bingung dengan respon Raya yg terlihat biasa saja melihat kehadirannya disitu — setelah semua kegaduhan dan kehebohan yg terjadi sejak pagi tadi.

Tanpa mengatakan apapun, Bian menarik tangan Raya, memasuki dressing roomnya. Dia meminta para staff untuk meninggalkan ruangan agar memberi mereka privasi.

“Bi, kenapa?” Raya bertanya agak khawatir karena melihat ekspresi Bian yg tidak biasanya; mata sedikit memicing, rahang yg terkatup, dan wajah yg serius.

“Kamu… kok masih tanya aku kenapa??”

Bian menatap Raya, dia masih menyangkal kalau kekasihnya itu melakukan apa yg media katakan, maka dari itu ia datang langsung menemuinya untuk meminta kejelasan.

“Maksudnya?”

“Ya, kamu emang gak liat berita? Tentang kamu dan aktris itu!” tegas Bian,

Raya agak tertegun mendengar intonasi Bian yg tinggi diutarakan kepadanya.

“O-oh yg soal dating itu? Kenapa emangnya?” tanya dia santai,

Bian tak habis pikir melihat keacuhan pria berambut blonde itu.

“Kena- kok kamu malah tanya kenapa!? Is that true?!”

Raya hanya menganggukan kepalanya tanpa memberi ekspresi rasa bersalah sama sekali.

Tiba-tiba Bian merasa jantungnya berdegup kencang mendengar jawaban singkat tersebut. Emosi perlahan bergejolak didalam dadanya.

“Hah!?! Maksudnya?!”

“Wait, wait, sebelum kamu marah let me tell you this. Hubungan aku dan orang itu cuma sebatas membersihkan nama baikku. Kita dating tapi gak bener-bener dating gitu.”

Bian mengerutkan kedua alisnya, dia tidak yakin kalau dia paham maksud dibalik perbuatan ini.

“Well, agensiku bilang it’s good untuk aku punya citra yg baik.”

“Lalu hubungannya apa dengan fake dating ini?!”

“Well, kemaren kan banyak tuh yg ngebicarain tentang kita. Sampe-sampe banyak yg bilang kalo aku gay. Well, I mean I am. But I don’t think it will be good for my image kalo aku dicap seperti itu.”

Bian benar-benar terkejut dan tidak menyangka ketika mendengar pernyataan tersebut.

Memang benar kalau media sampai mengetahui kalau seorang penyanyi yg sedang daun ini ternyata memiliki hubungan dengan seseorang, mungkin akan berdampak buruk.

Tetapi dia tidak bisa membohongi perasaannya yg terasa seperti ditampar dengan kenyataan yg pahit.

“J-jadi, untuk supaya kamu punya image yg bagus kamu lebih memilih untuk terlihat berhubungan dengan seorang perempuan? Ketimbang mengabaikan isu-isu yg beredar?”

“Bi, ini cuma bohong-bohongan aja. Kamu gak perlu sampe dimakan hati begini.”

Kalimat yg semakin menambah rasa pedih didalam dadanya membuat dia bertanya-tanya, apakah respon dia saat ini berlebihan? egois? apakah salah kalau dia tidak terima dengan keputusan sebelah tangan ini?

“Lagian kamu kan juga gak mau dinotis sama publik, jadi aku ngelakuin ini untuk kamu juga.”

“Kasih tau aja…” ucap Bian, suaranya pelan seperti bergumam,

“Hm?”

“Kasih tau aja sama semua orang tentang kita. Aku gak masalah kalau sampe publik tau. Aku gak masalah kalo sampe banyak yg ngehate aku.” kata Bian — matanya menatap Raya dengan serius tanpa berpaling.

Spontan Raya menolak ajuan tersebut.

“Kalo aku ngelakuin itu nanti yg dihate bukan cuma kamu. Aku juga, aku gak mau. Aku udah berjuang mati-matian untuk bisa sampe disini, Bi. Kamu harusnya tau.”

“Dan aku juga udah berkorban banyak untuk kamu, merelakan banyak hal untuk selalu support kamu. So, apa salahnya kalo aku minta ini sekali aja.”

“Ya gak bisa. Karna kalo sampe orang tau tentang hubungan kita image aku bisa rusak!”

Kalimat yg dengan lantang dan tegas diutarakan Raya menggunakan seluruh hatinya itu seketika terasa seperti boomerang yg kembali menghantamnya. Ditambah dengan wajah Bian yg tersentak dengan kekecewaan yg terlukis didalam tatapannya.

Kata-kata yg terasa seperti belati menusuk jantungnya itu menarik seluruh nafas yg ada didalam dirinya, membuat dia sulit untuk menarik oksigen agar otaknya bisa bekerja lebih baik; karena saat ini dibenaknya adalah kelabu yg melayang memaksanya untuk mengambil keputusan yg ia tau, ia akan sesali nantinya.

Bian tercengang dan tidak menyangka mendengar kekasihnya mengatakan hal itu kepada dia; dia yg tidak pernah luput memberikan support, kasih dan waktunya, kini dikhianati dengan hasrat yg terbutakan oleh keserakahan.

Bian tau kalau kekasihnya saat ini sedang berada dipuncak karirnya, setelah bertahun-tahun dia berjuang didunia industri akhirnya dia mendapatkan hasil yg ia selalu impikan. Dia turut bahagia melihat itu.

Namun, semua ini membuat Bian bertanya-tanya, apakah hanya sampai disini batas cinta dia? Batas hati dia untuk pria yg rela mengorbankan banyak hal untuk melihat sang dambaan hati bahagia?

“Wai-”

“I see…”

Bian menarik tatapannya melihat kearah lantai. Dia rasa semua pertanyaan kini jelas terjawab.

Dia menghela nafas ketika dia sendiri sulit untuk memompa dadanya, karena jantungnya sibuk berdegup kencang tidak mempedulikan organ lainnya untuk berfungsi normal.

“Ya, dengan seluruh hatiku… aku ucapin selamat untuk kamu yg akhirnya mendapatkan semua yg kamu impikan.” ucapnya seraya memberikan senyuman; senyum yg penuh dengan luka dan sakit, matanya juga terlihat berkaca-kaca — namun dia mencoba menutupi itu dengan kebahagiaan untuk sang kekasih, meski jelas dusta yg terpajang.

“N-no, wait… Bi bukan itu mak-”

Raya yg gelapan mencoba menjelaskan dirinya, merasa lidahnya terbelit — entah oleh egonya atau rasa sakit yg ia juga rasakan ketika melihat wajah sang kekasih yg menatapnya dengan penuh rasa hancur.

Tanpa menunggu lama-lama, Bian meninggalkan Raya yg masih tertegun atas apa yg ia telah ucapkan.

Penyesalan mengalir deras didalam dirinya, namun apalah arti semua itu ketika apa yg terjadi telah terjadi. Apa yg ia lempar kini rusak menghancurkan sesuatu yg harusnya ia jaga baik-baik.

Saat sadar pria bertubuh besar itu telah meninggalkan ruangan, dia mencoba mengejarnya keluar.

Sesaat Raya mengejarnya keluar, cahaya-cahaya kamera langsung berpusat tertuju kepadanya.

Flashlight yg tak kunjung henti juga sorakan dan suara kegaduhan para reporter dan para fansnya yg telah menantinya diluar. Membuat dia kewalahan, mencari kesana-kemari pria yg mungkin tidak akan kembali lagi kepadanya.

Kepalanya mulai pusing dan perutnya mulai terasa mual, flashlights dan suara bising disekitarnya hanya memperburuk keadaannya.

Jantung dia terasa semakin cepat berpacu, keringat juga mulai mengucur. Merasa tak lagi sanggup untuk menopang dirinya, Raya terjatuh. Untungnya bodyguard dia sempat menangkapnya sebelum lututnya benar-benar menyentuh tanah.

Kesadarannya masih ada pada dirinya, namun pikirannya kusut; dia tidak tau apa yg harus ia lakukan, yg dia tau adalah rasa penyesalan yg luar biasa sakitnya didalam dirinya seakan mengepung rasionalitasnya.

Kenapa ini bisa terjadi? Dimana semua ini tiba-tiba terjatuh dari langit, ketika dia akhirnya bisa menggapai semua cita-citanya? Apakah ini bayaran yg harus ia berikan? Pengorbanannya? Melepaskan cinta sejatinya demi meraih mimpinya? Apakah itu suatu keadilan untuknya? Apa dia bisa memperbaiki ini?

Add a comment

Related posts:

Why we chose the React Native framework

Since the initial release, there has been a very steady growth of interest in the framework. According to Google search trends, the interest in React Native continues to climb, while interest in iOS…